Hidup memang penuh dengan kebetulan, namun bagi seorang murid bernama Fitra Amalia Ilma yang masih duduk di kelas XI SMA Al-muayyad Surakarta yang telah mengkhatamkan Al-Quran 30 juz, kehidupan adalah perjalanan yang dituntun oleh takdir Ilahi. Meskipun tidak memiliki minat yang mendalam dalam mengaji sejak kecil, kisah perjalanan hidupnya membuktikan bahwa takdir Allah tidak pernah tercipta secara kebetulan belaka.
Dari usia muda, Ilma bukanlah seorang anak yang rajin mengaji. Cenderung malas dan sulit disuruh untuk membaca Al-Quran. Meskipun bersekolah di SD Hj. Isriati 2 Baiturrahman Semarang yang menerapkan program wajib mengaji tajwid dan gharib, Ilma lebih memilih untuk mengelilingi sekolah demi menghindari kewajiban masuk kelas. Namun, segalanya berubah ketika ia memasuki kelas 5 dan ayahnya memintanya untuk mengikuti program ekstrakurikuler tahfidz di sekolah.
Dengan tekad yang kuat, Ilma berusaha untuk menghafal juz 29 di bawah bimbingan Ibu Ifa Luthfia, seorang guru yang lembut dan penuh perhatian. Namun, ketika saat kelulusan semakin dekat, Ilma harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya belum berhasil menghafal juz 29 sepenuhnya. Namun, doa dan dukungan dari para guru ternyata membawa Ilma ke arah yang tak terduga.
Setelah lulus SD, Ilma dihadapkan pada dilema zonasi untuk memilih SMP. Ilma pun memilih untuk mengikuti saran ibunya dengan rasa pasrah untuk mondok di tempat ibunya dulu pernah menimba ilmu. Tepat tanggal 23 Juni 2019, Ilma tiba di pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta, hampir di penghujung masa pendaftaran. Namun, takdir membawanya ke tempat yang tepat untuk menimba ilmu.
Kehidupan di pondok pesantren Al-Muayyad tidaklah mudah bagi Ilma. Awalnya, ia merasa kesulitan menghadapi tantangan menghafal Al-Quran serta menjalani rutinitas pondok pesantren yang padat. Berkat bimbingan guru-guru seperti Ibu Nailil Muna, Bapak Nur Khotib, dan banyak lagi, Ilma mulai menemukan ketenangan dan semangat baru dalam perjalanan hidupnya. Dan akhirnya Ilma mantap dengan pilihannya dan mengambil program tahfidz di SMP Al-Muayyad surakarta sebagai langkah awal.
Dalam perjalanan menghafal Al-Quran, Ilma beruntung memiliki kesempatan belajar dari beberapa guru yang luar biasa. Ibu Nailil Muna, seorang guru yang lembut dan penuh kasih, telah memberikan banyak pengetahuan dan kearifan kepada Ilma. Ilma juga berjumpa dengan tokoh-tokoh pendidik yang menonjol seperti Ibu Arina Nuriyana dan Bapak Faturrahman. Selain itu, Ilma juga mengikuti pengajaran dari Bapak Nur Khotib, seorang guru yang tegas namun menyenangkan. Ungkapan beliau yang selalu terngiang di benak Ilma adalah, “Penyebab orang sekarang banyak pusing itu karena banyak memikirkan hal-hal yang menjadi urusan Allah.”
Ilma juga belajar di bawah bimbingan Ibu Iin Muhayyinah. Meskipun tegas, beliau selalu membagikan kisah-kisah inspiratif yang membuat ilma tambah semangat dalam menimba ilmu. Terutama ketika beliau bercerita tentang Ibu Maimunah Baidlowi dan Mbah Ti Shofiyyah Umar. Ilma juga dibimbing oleh Bapak Agus Himawan, seorang guru yang penuh kesabaran dan kelembutan, tutur katanya yang halus dan santun, serta sikapnya yang rendah hati telah memberikan inspirasi dan motivasi yang luar biasa bagi Ilma selama menimba ilmu di Al Muayyad.
Pengalaman belajar bersama para guru yang inspiratif telah memberikan kontribusi besar perjalanan Ilma dalam menghafal Al-Quran. Setiap guru memberikan nilai tambah yang berbeda, namun semuanya sama-sama berharga bagi perkembangan Ilma dalam menimba ilmu. Kelembutan, ketegasan, kesabaran, dan kerendahan hati yang guru-guru Ilma tunjukkan telah menjadi contoh dan motivasi bagi Ilma. Dengan dukungan dan bimbingan gurunya, Ilma semakin yakin dan termotivasi untuk terus melangkah dalam perjalanan menggapai ilmu dan kedekatan dengan Allah SWT.
Di SMA Al-Muayyad Surakarta, Ilma merasakan kedekatan seperti memiliki keluarga baru. Guru-guru yang bijaksana dan penuh perhatian menjadi tiang dalam perjalanan pendidikannya. Kepala sekolah yang rendah hati, Bapak Drs. Suranto, teman- teman seperjuangan yang menganggapnya bagai saudara sendiri, serta bimbingan dari Ibu Tri Wigati dan Bapak Faishol Rozaq menjadi pendorong bagi Ilma untuk terus berkembang. Kedekatan-kedekatan itulah yang menjadi tempat ternyaman Ilma dalam menimba ilmu, khususnya dalam menghafal Al-Quran.
Dibalik semua perjuangan dan kesulitan yang dialaminya, Ilma percaya bahwa doa dan cinta dari orangtua serta guru-gurunya merupakan pendorong utama kesuksesannya. Ketika akhirnya berhasil menyelesaikan tahapannya dalam menghafal Al-Quran, Ilma menyadari bahwa setiap langkahnya adalah bagian dari rahmat dan cinta yang tak terhingga dari Allah.
Dalam pesan terakhirnya, Ilma mengajak semua orang untuk melakukan segala hal dengan penuh cinta. Menuntut ilmu dan menghafal Al-Quran bukanlah tugas yang mudah, namun dengan cinta dan ketulusan, segalanya menjadi mungkin. Ilma juga menegaskan pentingnya berdoa dan meminta doa dari orangtua serta guru, karena doa adalah kunci kesuksesan sejati.
Kisah Ilma adalah bukti bahwa perjalanan hidup tidaklah selalu mudah, namun dengan ketulusan dan cinta, segala hal menjadi mungkin. Semoga kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus berjuang dan berusaha dalam mencapai impian mereka.
Sangat memotivasi semoga anak” muda bisa mengikuti langkah bak ilma dan al muayad jadi sandaran para santri kedepan